Rabu, 15 Desember 2021

anastesi

Kata anestesia diperkenalkan oleh "Oliver Wendell holmes" yang menggambarkan keadaan tidak sadar yang bersifat sementara, bila dalam pemberian obat bertujuan untuk menghilangkan nyeri pada pasca bedah.

Sedangkan kata analgesia adalah pemberian obat untuk menghilangkan nyeri tanpa kehilangan kesadaran

Bahkan Anestesiologi ialah ilmu kedokteran yang pada awalnya berpotensi menghilangkan nyeri rumatan pasien sebelum, selama dan sesudah pembedahan. definisi ini ditegakkan oleh American Board Of Anesthesiologi pada tahun 1989.
Nara sumber : petunjuk praktis Anestesiologi edisi 2 jakarta,2001

Anaesthesia adalah keadaan hilangnya perasaan/sensitibilitas atau dalam keadaan terbius.
Anaesthetic adalah preparat yang menimbulan patirasa {keadaan tida terasa bila disentuh}.
Anaesthetist adalah seseorang yang memberikan obat bius dan merupakan dokter yang sudah mengambil spesialisasi.
{ kamus saku keperawatan, christine brooker.1996}


Dalam buku "Petunjuk Praktis Anestesiologi edisi 2" ini Anestesia dibagi manjadi 2 bagian besar yatiu diantaranya:
  1. Anestesia Umum..
  2. Anestesia Lokal.


ANESTESIA UMUM
Anestesia Umum bukan hanya masalah Farmakologi melainkan juga merupakan {yang diharapkan} suatu keseimbangan antara kerja obat dan rangsangan pembedahan. Efek farmakologi "murni" suatu obat mungkin dapat dilihat sebelum dan sesudah pemberian rangsangan. Sebagai contoh, setelah pemberian premedikasi dan induksi intravena, seoramg pasien mungkin akan menghirup nitrogen oksida, oksigen dan gas halotan dengan tenang : bernapas teratur, tekanan darah dan nadi stabil, dan semuanya merupakan tanda bahwa pasien tersebut telah teranestesi. {catatan kuliah anestesi edisi 4 "john n. lunn"2004}.


Perjalana anestesi umum terdiri dari 6 bagian yang berbeda {catatan kuliah anestesi edisi 4 "john n. lunn"2004}. :
  1. Premedikasi
  2. Induksi
  3. Pemeliharaan [mentenace]
  4. Pengembalian
  5. pemulihan
  6. Masa pasca operasi.

Sebelum dilakukannya Anestesi umum yang paling penting dilakukan oleh ahli anestesi adalah penilaian dan persiapan pra bedah.
Penilaian medis sebelum anestesi umum paling baik dilakukan oleh ahli anestesi. Dokter ahli lain mungkin dapat menganjurkan jenis terapi untuk perbaikan fungsi fisiologis, tetapi ahli anestesi adalah dokter yang tepat untuk menilai kemungkinan efek anestesi atau pembedahan. Sikap ini menguntungkan pasien dan dokter.
Penilaian dalam kunjungan sebelum operasi sering harus dilakukan pada malam hari sebelum operasi dilaksanakan. Jika ada keraguan tentang keputusan untuk melanjutkan operasi, ahli anestesi harus dapat melihat pasien lebih awal lagi; jika tidak akan terjadi penundaan dan kecemasan yang tidak perlu. {catatan kuliah anestesi edisi 4 "john n. lunn"2004}.

Penilaian Sebelum operasi
Terjadinya kasus salah identitas dan salah operasi bukan cerita unntuk menakut-nakuti atau dibuat-buat, karena memang pernah terjadi di Indonesia. Identitas setiap pasien harus lengkap dan harus cocokkan dengan gelang identitas yang dikenakan pasien. pasien ditanya lagi mengenai hari dan jenis bagian tubuh yang akan dioperasi. [petunjuk praktis Anestesiologi edisi 2 jakarta,2001]
yang harus dinilai diantaranya:
  • Anamnesis
Riwayat tentang apakah pasien pernah mendapatkan anestesi sebelumnya sangatlah penting untuk mengetahui apakah ada hal-hal yang perlu mendapat perhatian khusus, misalnya alergi, mual-muntah, nyeri otot, gatal-gatal, atau sesak napas pasca bedah,sehingga kita dapat merancang anestesi berikutnya dengan baik. kita harus memilah apakah cerita pasien termasuk alergi atau efek samping obat. [petunjuk praktis Anestesiologi edisi 2 jakarta,2001]
Begitu juga perhatian pada kondisi saat ini seperti;
Penyakit jantung Iskemik, pada pasien ini dalam hal Angina pektoris pada waktu istirahat yang dibangkitkan oleh ketegangan mental lebih serius dibandingkan angina yang dibangkitkan oleh olah raga pada cuaca dingin, gejala tersebut menunjukkan aliran darah ke miokard yan inadekuat sebagai respons terhadap meningkatnya kebutuhan. Riwayat infark miokard bila pasien memiliki nilai normal terhadap suatu latihan tanpa ada sesak napas atau angina dan bebas dari komplikasi infark miokard lebih sedikit resikonya dari pada gejala dan tanda itu ada,dan bila interval terjadinya infark terhadap akan operasi 3 bulan yang lalu angka infark berulang infark pasca oprasi sekitar 40%. dan bila angka kejadian infark menurun memiliki interval sekitar 2-3tahun yang lalu sebelum operasi. Jika ditemukan baru saja terjadi infark sebelum operasi lebih menguntungkan operasi sedapat mungkin ditunda. Aritmia terhadap zat anestesi membuat jantung sensitif terhadap kerja katekolamin yang dilepaskan pada situasi, selanjutnya dapat terjadi kemunduran hemodinamik dan aritmia berubah dari relatif ringan manjadi takikardi ventrikular atau fibrilasi ventrikular. terapi aritmia atau alat pacu buatan sementara mungkin diperlukan sebelum operasi jika pembedahan itu penting.
Gagal Jantung tidak dapat meningkatkan curah jantung [cardiac output] mereka sebagai respon terhadap kebutuhan metabolik. perfusi organ manjadi buruk [termasuk miokard] dan mereka lebih mudah mendapatkan trombosis vena dan infeksi toraks. Ambilan gar dan uap inhalasi terhalang.Pembedahan yang perlu menyelamatkan jiwa, seharusnya tidak dilakukan pada pasien dengan gagal jantung yang tidak diobati.
Hipertensi terapi antihipertensi sepanjang operasi harus diteruskan karena bahaya hipertensi balik[rebound hypertension], dengan resiko bencana kardiovaskular setelah penghentian obat jauh lebih berat dari pada kerugian karena meneruskan terapi.
Penyakit Pernapasan dan paru-paru mempengaruhi oksigenasi, eliminasi karbondioksida, ambilan gas-gas inhalasi dan meningkatkan insiden infeksi dada pascaoperasi. Bronkospasme berat yang mengancam jiwa kadang-kadang timbul pada pasien asma atau pecandu nikotin. tetapi kondisi ini dapat terhindar bila perkembangan uji skrining yang tepat,penundaan dan profilaksis, ditambah dengan kehit-hatian dam memilih metode anestesi, antibiotik yang efektif, analgesia,dan fisioterapi dalam metode pascaoperasipenting untuk mencegah dan mengobato pneumonia pascaoperasi. Coryza (pilek) penundaan operasi elektif biasa dilakuakn pada pasien yang menderita infeksi saluran pernapasanatas karena efek obat sedatif dan atropin, dan penurunan respon imunologi yang terjadi karena anestesi umum dapat meningkatkan resiko infeksi dada pascaoperasi.
Diabet Melitus anestesi pada pasien normal menyebabkan peningkatan sedang gula darah 9kurang dari 5mmol/liter) yang disebabkan oleh berkurangnya kadar insulin di dalam sirkulasi darah dan peningkatan katekolamin sirkulasi. 2 zat yang amat meningkat gula darah adalah eter dan sikloprofan akan tetapi halotan dan nitrogen oksida dengan paralisis otot tidak memiliki efek demikan. hiperglikemiadapat dikendalikan dengan tablet antidiabetik dengan penilaian gula derah sebelum operasi.
Obesitas obesitas ringan terjadi bila lebih dari 25% berat badan pada laki-laki (30% pada wanita) adalah lemak. resiko yang terjadi yaitu kesulitan pada jalan napas, kesulitan mencari vena, usaha ventilasi buruk, pembedahan lama dan sulit, meningkatkan infeksi luka, trombosis vena, dan emboli paru.
Penyakit Skeletal kesulitan mungkin timbul sewaktu memelihara jalan napas atau intubasi karena kurangnya mobilisasi tulang servikal atau penyakit di persendian temporomandibular,sehingga pasien dapat ditemukan mengeluh suara serak atau semakin melemah dan tampak reflek batuk dapat terganggu. Artritis pada sendi atau pinggang dapat mengganggu jalan untuk tusukan vena atau sering ditemukan kulit yang tipis.
Anemia efek anemia kronis dapat kacau akibat dari anastesi dan pembedahan khususnya bila terjadi perdarahan yang mengurangi kadar hemoglobin pada pembedahan yang efektif pasien dianjurkan memiliki hemoglobin sekitar 10g/ 100 ml sebelum operasi.
{catatan kuliah anestesi edisi 4 "john n. lunn"2004}.

  • Pemeriksaan Fisik

  • Pemeriksaan Laboratorium
  • Kebugaran Untuk anestesi
  • Klasifikasi Status Fisik
  • Masukan oral
  • Premedikasi





Senin, 23 Agustus 2021

KEPATUHAN PERAWAT DALAM MENCUCI TANGAN YANG BENAR

 

 

 

 

 

 KEPATUHAN PERAWAT DALAM MENCUCI TANGAN YANG BENAR 

 

PROGRAM PROFESI NERS KEPERAWATAN

STIK SINT CAROLUS

2019

 

 

 

 

 World Health Organization (WHO) menyatakan rumah sakit adalah institusi perawatan kesehatan yang menyediakan pelayanan komprehensif, penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) pada masyarakat.

Perawat adalah tenaga profesional yang berperan penting dalam pelayanan rumah sakit serta memiliki kontak dengan pasien lebih lama.

Angka kejadian infeksi nosokomial telah dijadikan tolak ukur untuk pelayanan rumah sakit dan ijin operasional sebuah rumah sakit dpat dicabut karena tingginya angka kejadian infeksi nosokomial. (Septiari, 2012)

 

 

 


 

 

 Tingkat kepatuhan pekerja kesehatan dalam menjaga dirinya melalui upaya membersihkan tangan cukup rendah hal ini bisa diketahui dari data riset kesehatan dasar (Riskesdas, 2013) yang menunjukan 47% petugas kesehatan yang berperilaku benar dalam mencuci tangan.
 Studi yang dilakukan WHO di 55 rumah sakit di 14 negara termasuk Eropa, Timur tengah, Asia tenggara, dan Fasifik menunjukan bahwa 8,7% pasien rumah sakit menderita infeksi selama menjalani perawatan dirumah sakit.

 

 

 

qBerdasarkan laporan KPI unit lantai 5B RS Pondok Indah tahun 2016 sampai dengan tahun 2018 terkait kepatuhan melakukan cuci tangan dengan benar tidak pernah mencapai target yaitu 95% rata-rata pencapaian kurang dari 50%.
qDari data kuesioner yang disebarkan ke 33 responden atau perawat yang bertugas dilantai 5B didapatkan data 97% memiliki pengetahuan baik menegenai hand hygiene, 59.2% mempunyai sikap yang baik, sedangkan sisa nya 40.8% memiliki sikap kurang baik mengenai hand hygiene, serta 55.2% memiliki perilaku yang baik sedangkan sisa nya 44.8% memiliki perilaku yang kurang baik. 

 

 

 

 

 

 

 Berdasarkan Karateristik perawat

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

qHand hygiene (kebersihan tangan) merupakan teknik dasar yang paling penting dalam pencegahan  dan pengendalian infeksi (Potter & Perry, 2003) dalam (Zulpahiyana, 2013).
qMenurut Susianti (2008) dalam Zulpahiyana (2013), tujuan dilakukannya hand hygiene yaitu;
1)Menekan atau mengurangi jumlah dan pertumbuhan bakteri pada tangan
2)Menurunkan jumlah kuman yang tumbuh dibawah sarung tangan
3)Mengurangi risiko transmisi mikroorganisme ke perawat dan pasien serta kontaminasi silang kepada pasien lain, anggota keluarga, dan tenaga kesehatan lain.
4)Memberikan perasaan segar dan bersih.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

S - O

W - O

·Sf – Oe

Melakukan peninjauan dan revisi ulang SOP tiap tahun jika diperlukan dalam revisi serta melakukan re-sosialisasi secara berkala

·S a,b – Oa

Bekerjasama dalam melakukan evaluasi terhadap perawat menilai kendala dan mengadakan re-sosialisasi ulang

·W a,b,c,d – O a,b,c,d,e

Melakukan sosialisasi dan resosialisasi terhadap perawat secara berkala dan setiap handover serta memberikan motivasi untuk patuh dalam melakukan kebersihan tangan

·W e,f – O a

Segera melakukan evaluasi bulanan untuk segera malekukan pernaikan dengan resosialisasi dan pelaksanaan cuci tangan secara langsung

S - T

W - T

·S a, b– Ta,b,c

Meningkatkan  mutu dan pelayanan RS dengan melakukan resosialisasi

·We –Ta

Bekerjasama dengan nurse edukasi dan Tim PPIRS dalam resosilasi

·Wf – Tb,c

Memberikan reward kepada staf yang patuh dalam melakukan kebersihan tangan

 

 

 

Alasan perawat

tidak melakukan cuci tangan dengan benar

 

 

 

 

 

 Saran dan rekomendasi dari perawat
ØPemberian reward
ØTingkatkan kesadaran perawat dalam melakukan kebersihan tangan
ØSosialisasi dan resosialisasi tentang kebersihan tangan secara menyeluruh
ØProses mengingatkan diantara tim sebelum bekerja (Handover)
ØHandrub yang ramah dengan tangan
ØPenambahan tenaga perawat